ketika wanita selalu benar

Saya seringkali denger kata-kata orang,

Wanita tuh selalu benar ya.”

Terutama dari pria yang desperate menghadapi tingkah “benar” para wanitanya. Para pria ini mengeluh mengenai segala apapun yang mereka lakukan serasa gak pernah benar di mata wanitanya.
Ngajak malem mingguan sang wanita, terus nanya ke wanita mau kemana malah di bilang “terserah” tapi begitu merekomendasikan tempat yang akan dituju eh wanita malah gak suka. Tapi pas ditanya mau kemana, sang wanita ngomel-ngomel sambil jawab terserah.

Lalu,

Satu kasus lagi nih, sang wanita pengen ngajak pergi. Tapi si pria keliatannya ogah-ogahan dengan jawab “hayuk aja” atau sebelumnya mengeluarkan alasan seperti “tapi aku ke bengkel dulu ya” atau “tapi aku lagi ada tugas nih”. Sang wanita merasa kesel karena kelihatannya si pria itu gak ada semangat-semangatnya untuk nemenin dia, padahal si pria Cuma mengatakan kondisi dia yang sebenernya dan bukan berarti si pria gak mau nemenin karena pada dasarnya si pria pasti ngikut aja kemana pun sang wanita pergi. Lalu sang wanita bilang “yaudah deh, kalo gitu aku sendiri aja.” Dan si pria bilang “yakin bisa sendiri? Yaudah kalau gitu gak apa-apa.” Lalu... sang wanita ngambek.

Semenit. Sepuluh menit. Setengah jam. Sejam. Dua jam.

Sang wanita yang berharap si pria akan meralat ucapannya dan berinisiatif untuk minta maaf dan bilang “aku temenin deh, aku mau banget nemenin kamu.” Tapi ternyata nunggu sampe bulukan pun gak ada kata-kata itu, sampai akhirnya sang wanita gak tahan lalu bilang.
“kamu kok gak care sama aku? Kamu kok gak inisiatif banget untuk nemenin aku? Kamu gak peduli ya sama aku?” dengan nada suara mendramatisir. Mata berkaca-kaca. Dan siap lahir batin untuk jawaban putus dari si pria kalau ternyata dia udah gak care.
Si pria akhirnya Cuma bisa bengong. Bingung. Salah gue apaan ya? Tadi kan dia sendiri yang bilangnya bakal pergi sendiri? Kenapa urusannya sekarang jadi masalah peduli dan engga? Lalu ujung-ujungnya si pria nemenin juga wanitanya untuk pergi. Tapi dengan helaan nafas panjang karena sang wanita ngomel-ngomel terus sepanjang jalan.

Sampe disini, ada yang pernah ngalaminnya?
Bentar, nahan ketawa dulu. Karena saya juga pernah mengalaminya. Bahkan sering.

Si pria yang polos dan hanya berfikir dengan logikanya, selalu kasihan jika di hadapkan dengan wanita-wanita penuh perasaan dan punya banyak impian. (note : terutama wanita yang sering nontonin drama baik dalam dan luar negeri, yang suka lagu-lagu romantis, dan novel teenlit hingga romance).

Wanita banyak berharap dan seringkali kecewa dengan harapannya.

tapii, 
Pria-pria itu terlalu polos untuk bahkan sekedar mengerti bahwa kebanyakan wanita sudah di racuni oleh cerita-cerita puteri semacam cinderella, aurora, putri duyung dan segala dongeng indah lainnya yang selalu berakhir bahagia. Yang ceritanya selalu berisi “pangeran tampan yang siap untuk menghalau segala rintangan demi mendapatkan cinta  dari sang putri raja.”
Masalahnya sekarang bukan jamannya nenek sihir, bukan jamannya peperangan, dan sang wanita bukanlah putri raja yang di perebutkan oleh jutaan umat. Perasaan sayang dan cinta gak bisa di buktikan oleh tebasan pedang ke ekor naga bernafas api, atau dengan ciuman yang bisa membangkitkan kematian. Makanya, para wanita mencari suatu pembuktian bahwa para pria itu juga cinta padanya. Meskipun kadang-kadang pembuktian itu terasa konyol di mata para pria.
Ada hal yang juga di takutkan oleh wanita-wanita masa kini, yaitu ketika cinta sang wanita akan lebih besar di bandingkan cinta si pria. Wanita takut ditinggalkan, sehingga seringkali bertindak tidak masuk akal. Wanita memiliki gengsi selangit, yang berusaha di pertahannya. Wanita bukan ingin menemukan cinta sejati, justru wanita ingin cinta sejati itulah yang menemukan mereka. Wanita bukan ingin mencintai, tapi ingin terasa sangat dicintai. Well, jadi jauh ya membahas cinta-cintaan meskipun saya sendiri masih gak ngerti cinta-cintaan itu apa. Bedanya yang monyet dan sejati aja gak ngerti.
Yah sekarang saya hanya berbicara dari sudut pandang saya, wanita 22 tahun yang terlalu banyak nonton drama romantis, baca novel-novel romantis, dan berusaha melihat dari dua sudut pandang tentang hubungan masa kini yang sebenarnya simple.
Memang benar, wanita selalu menganggap dirinya benar. Masalah sekecil apapun, masalah sebesar apapun. Pokoknya apapun yang di lakukan oleh wanita, selalu benar, dan kalaupun salah itu karena pria-pria tidak menyikapinya dengan benar.
Ketika para pria punya keluhan dengan anggapan “wanita selalu benar.” Mungkin sang pria bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Sejauh apa sang pria dapat mengambil sikap sebagai seorang pria untuk menjelaskan bahwa wanita pun memiliki kesalahan di berbagai tempat.
Menurut saya, ada alasan kenapa pria di jadikan pemimpin. Karena pria lebih banyak memikirkan dengan logika, karena pria seharusnya memiliki lebih banyak kekuatan di bandingkan dengan wanitanya. Bukan berarti pria itu harus berotot dan bisa ngangkat beban 100kg tiap kali ngegym. Tapi adal kekuatan lain yang seharusnya para pria miliki, yaitu kekuatan dalam memimpin.
Memimpin itu hal yang sulit loh. Jangankan memimpin orang lain, memimpin diri sendiri aja terkadang banyak orang yang tidak mampu. Seringkali orang lepas kontrol, tak tahu tujuan sampai akhirnya tersesat. Buat saya, sama sekali gak keren ketika melihat pria-pria yang ngetek pada wanitanya. Yang menurut-menurut aja pada wanitanya. Yang seolah-olah hidup segan mati tak mau. Itu bisa saja terjadi di saat pria itu benar-benar tersesat sehingga tak tau harus melangkah kemana dan akhirnya hanya mengikuti wanitanya kemanapun dia pergi.
Kenapa selalu ada anggapan wanita selalu benar mungkin karena pria-pria ini gak mau menggunakan kekuatan mereka sebagai pemimpin. Padahal, pada dasarnya sekuat apapun wanita, selalu ada perasaan ingin di dominasi. Se inisiatif apapun wanita untuk menyediakan segala hal, ada perasaan ingin di berikan inisiatif yang sama.
Dan kenapa wanita selalu benar? Mungkin karena pria-pria ini terlanjur malas untuk mendebat. Malas untuk melihat jika pada akhirnya wanitanya menangis. Malas untuk meributkan hal-hal yang menurut mereka tidak perlu.
Wanita seringkali mengajak pria untuk mengikuti irama mereka yang sesuai dengan perasaan, tapi hanya sedikit pria yang mau untuk mengajak wanitanya melihat dunia dari sudut pandang lain yang lebih menggunakan logika. Padahal, sepertinya jika pria pun bisa sedikit berbagi sudut pandang miliknya dan tak mudah menyerah atau minta maaf setiap kali ada masalah, mungkin cara wanita dalam melihat masalah pun akan sedikit berubah. Mungkin wanita pun akan berusaha mengerti dengan logikanya dan bukan ngomel-ngomel pada si pria penuh dengan perasaan emosi.
Perasaan menyenangkan bagi seorang wanita bukanlah hanya melengkapi prianya. Tapi juga di lengkapi. Percayalah, di dalam perasaannya wanita pun ingin mengerti pria-pria ini tapi seringkali gagal karena pria terlalu polos dan diam untuk mengungkapkan sudut pandang mereka tentang permasalahan yang terjadi.
Wanita selalu benar karena pria sendiri lah yang terlalu diam dan mengiyakan apapun yang dikatakan wanita. Makanya, wanita-wanita jaman sekarang banyak yang menggila, Semakin marah ketika akhirnya mereka diiyakan. Semakin tidak sadar kekurangan yang  mereka miliki. karena mereka pun frustasi saat tidak mengerti mengenai apapun yang di pikirkan prianya. Tidak mengerti apa yang perlu diubah dan di perbaiki dari dalam dirinya karena kebanyakan orang bilang “cintailah apa adanya”.
Kadang menerima apa adanya baik kelebihan dan kekurangan itu bagus, karena manusia gak ada yang sempurna. Tapi gak ada salahnya kan untuk saling mengingatkan untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki agar si pria maupun wanita bisa menjadi lebih baik lagi?
Yaah, ujung2nya wanita tetap benar kan? Hahaha.. gak perlu terlalu serius. Ini hanya pemikiran seorang wanita 22 tahun yang sedang kurang kerjaan dan terlalu banyak memikirkan hal-hal dengan terlalu mendalam.
Wanita ini berharap para pria mengerti, sebenar-benarnya pun pendapat dan tindakan wanita, mereka masih butuh pria yang dapat membantu mereka untuk memperbaiki kekurangannya.

Tapi bagaimanapun tulisan ini di tulis oleh wanita, jadi, wanita itu selalu benar kan?

Meutafora
27 Februari 2015

Setelah hujan badai melanda kotaku sayang.

Comments

Popular posts from this blog

A Tale of A Foolish Cinderella

Us

Love like a Jellyfish