Cerpen: Peluk
Bima meraih tangan ara, mengeluarkannya dari saku jaket parka cewek itu. Ara tidak menariknya, membiarkannya begitu saja.
"Tangan kamu selalu dingin deh. Tuh liat kukunya sampe ungu begini." Gerutu Bima sambil memperhatikan jari jemari Ara yang bulat2 tidak indah seperti wanita kebanyakan. Seharusnya dengan tangan seperti itu, tangan Ara bisa tetap hangat. Tapi dengan udara musim hujan yang sedang pada suhu rendah, tangan Ara selalu dingin terlebih setelah kedinginan di dalam AC mobil sepanjang perjalanan. Biasanya selalu ada tanganya yang menggenggam Ara, seharusnya Bima selalu ada untuk menghangatkan jemari Ara.
"Gapapa, aku udh biasa kok." Ara bermaksud menarik tangannya dari genggaman Bima, namun Bima menahannya. Lalu bima menumpukkan kedua tangan Ara di tangan kanannya sementara tangan kirinya bergerak mengusap pipi Ara. Membuat cewek itu kaget dengan sentuhan mendadak dari orang yang setengah mati dia rindukan 6 bulan ini.
Mata ara tiba2 saja menghangat tanpa bisa dia cegah. Bima berhenti mengusap pipi, tidak kaget dengan reaksi Ara. Cerewetnya Ara ketika mereka pertama bertemu, tawanya Ara ketika melemparkan lelucon, dan diamnya Ara sepanjang perjalanan di dalam mobil. Bima sudah hafal sifat Ara, segala ekspresi Ara yang mudah di tebak. caranya Ara menutupi perasaannya. Caranya Ara menunjukkan kalau dia tidak bisa lagi lama-lama menutupinya. dan ini yang Bima tunggu. Bima menatap mata cokelat di balik kacamata itu. Menyadari banyak waktu yang terbuang sia2 karena keegoisan mereka, karena gengsi mereka, karena ketidakdewasaan mereka. Waktu yang juga tanpa disadari menyadarkan mereka seberapa berharganya waktu yang dulu pernah di habiskan bersama. lelucon-lelucon yang tidak lucu, pertengkaran tidak penting, hadiah-hadiah kecil, juga keberadaan yang dulu tampak begitu remeh namun ternyata berarti begitu besar.
Diluar kesadarannya sendiri, Bima menarik Ara dan pelukannya yang besar dan hangat. Aroma tubuh dan parfum Bima yang khas tercampur dan menerpa indra penciuman Ara. Ini wangi yang dia rindukan, ini peluk hangat yang selalu dia nantikan. Ini, Bima, yang tak pernah absen sekalipun dari ingatan Ara.
Hanya pertemuan singkat tapi membawa kembali cerita mereka ke permukaan. Membuat mereka merasakan lagi apa yang sejak kemarin mati2an mereka redam.
Air mata Ara bergulir. Air mata rindu. Air mata sayang. Air mata yang baru kali ini tidak lagi terasa sakit. Tubuhnya menghangat. Pelukan Bima baginya adalah obat dari segalanya.
"Can i hold you forever like this?" Bisik Bima dari sela2 rambut ara yang mulai memanjang. Ara hanya mengguman pelan yang Bima artikan sebagai persetujuan. Lalu Bima memeluknya lebih erat sambil tertawa, tawa lepas seolah bebannya selama ini terangkat. Peduli amat dengan beberapa orang yang menatap mereka sambil geleng-geleng amat. Peduli amat dengan pemandangan lampu di bawah sana. Peduli amat dengan langit mendung yang sebentar lagi hujan turun. Yang terpenting Bima bisa memeluk Aranya lagi. Yang terpenting Aranya bisa hangat lagi karena kehadirannya. Dan Bima akan terus memeluknya. Lagi. Lagi. Dan Lagi.
19 Okt 2015
makasih megan trainor yang di puter sampe eneg
i'm gonna hold you like i'm saying goodbye ~ ~ ~
Comments
Post a Comment