Cerpen: T e r d i a m

“ku menunggu tuk tau namamu...”
Lagu Maliq & The Essentials terdengar keras dari speaker panggung di depan. bukan soal lagunya yang terdengar bagi Kencana, bukan, tapi karena liriknya yang seolah sedang berteriak-teriak tepat di gendang telinganya. Membuatnya pekak. Seolah-olah sang penyanyi di depan sedang menyanyikan itu lagu khusus untuknya.
Tak jauh darinya, bahkan hanya berseling beberapa penonton yang lain, berdiri orang itu. Sama sepertinya, berdiri tepat di depan panggung. Tangannya terlipat di depan dada, gesturnya tenang, seolah tak terusik oleh penonton di belakang yang mayoritas cewek-cewek ABG dengan tampilan heboh dan teriakan-teriakan cemprengnya mengikuti lagu terdiam Maliq ini.
Kencana terdiam, benar-benar terdiam mendengar lagu itu. Biasanya saat lagu yang dia hafal sedang diputar, Kecana akan berteriak dan ikut bernyanyi sama hebohnya seperti ABG di belakang. Tapi saat ini Kencana seolah terhipnotis, benar-benar terdiam. Bukan karena lagunya, bukan. tapi karena orang itu, gestur tenangnya terlalu asik untuk di lewatkan. Melihat wajahnya dari samping yang bahkan nyaris tak tersenyum namun sepertinya menikmati sendiri lagu-lagu yang sedari tadi di nyanyikan.
Pertanyaannya sekarang, siapa sih orang itu?
Hmm.. entahlah. Boro-boro tau siapa, namanya bahkan asal-usulnya orang itu pun Kencana gak tau. Well, dia hanya tau orang ini berasal dari kampus ini dan satu angkatan dengannya. Selebihnya.. gelap. Pertama kalinya melihat itu sebulan lalu. Saat teman Kencana yang masih angkatan baru di kampusnya, melakukan rapat angkatan untuk membahas makrab yang pelaksanaannya hari ini. Kencana yang merupakan anak kampus sebrang, ikut menunggui temannya yang sedang rapat. Lalu muncullah dia yang merupakan teman seangkatannya Vinda.
Bukan karena dia mempesona dan ganteng seperti tokoh di ganteng-ganteng serigala. Bukan. Bukan juga karena senyumnya menawan semacam bintang iklan pasta gigi karena Kencana pun bahkan belum pernah melihat orang itu benar-benar tersenyum. Intinyaa, Kencana tertarik padanya. Entah kenapa. Gak tau alasannya.
Mungkin orang akan bilang itu adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi, Kencana sendiri gak percaya dengan keberadaan cinta pertama. Yang bener aja, masa ada orang yang tiba-tiba klop hanya dengan pertama kali melihat. Kalau tiba-tiba di hari kedua mereka pacaran terus ternyata salah satu dari mereka adalah pembunuh bayaran, kan bahaya ya menjalani hubungan karena atas nama cinta. Yah, walaupun kalo kata Agnes Monica sih memang cinta gak ada logika.
Tapi disini kencana bukan merasakan cinta yang gak ada logika. Bukan. Tapi kencana sendiri tidak paham apa namanya perasaan yang sedang dia rasakan. Kalau dibilang tak terdefinisi juga boleh saja. Karena ini bukan jatuh cinta. Kalau di bilang tertarik, ya bisa juga lah. Karena kehadiran orang itu terasa seperti magnet.
Aneh ya? Mungkin juga. Karena Kencana pun merasa sangat tak mengerti dengan apa yang di rasakan. Bingung dong? Iya membingungkan. Entahlaah, pokoknya Kencana tertarik pada orang itu. Titik.
                Lalu pertanyaan selanjutnya, apa sih yang bikin Kencana tertarik?
           Hmm.. pertanyaan sulit. Karena seperti yang tadi sudah di jabarkan, bahkan Kencana gak mengenal orang itu. jadi apa yang membuat tertarik? Entahlaah, sejak sebulan lalu ketemu meninggalkan kesan yang biasa saja, Kencana gak berhenti memikirkan orang itu. Kencana gak bertanya soal orang itu pada Vinda yang pasti akan menjawab dengan semangat, menjabarkan informasi yang dia miliki selengkap dan sejelas mungkin. Karena Kencana sendiri baru saja putus cinta 3 bulan lalu dan telah melewati masa-masa kegalauannya, meskipun begitu, Kencana tau seberapa Vinda ngebet untuk mencarikan pacar baru untuknya.
                Kalau dibilang pelarian? Ah, yang bener aja. Masa lari ke orang yang bahkan belum tentu bisa di ajak lari bareng.
                Yang jelas, sejak pertama ketemu yang bahkan tak terjadi apapun diantara mereka.  Sekedar bertegur sapa maupun berkenalan pun tidak. Yah, hanya ada satu momen di saat orang itu dan Kencana bertatapan dengan rentang waktu sepersekian detik. Tapi masa sih waktu sesingkat itu bisa meninggalkan sebuah arti? Kencana sendiri gak yakin. Tapi, sejak itu gak tau kenapa Kencana selalu ingat wajahnya. Entah apapun alasannya.
                “lo ngeliatin siapa sih? Serius amat?” Alya tiba-tiba menyikut Kencana. Membuyarkan pertanyaan kusutnya yang membingungkan. Lalu, tanpa di duga siapapun, bahkan Kencana yang gak niat sama sekali melakukannya, apalagi artis di panggung yang sekedar bertugas untuk nyanyiin lagu ciptaan mereka, mata Kencana dan orang itu saling bertatapan. Lagi. Kali ini dua detik. dua detik terlama dalam hidup Kencana, karena rasanya seolah-olah tidak ada lagi suara-suaranya nyanyian heboh di sekitar mereka. seperti di dalam cerita-cerita. Lalu, hanya beberapa saat sebelum Kencana mengalihkan wajahnya kepada Alya, namun beberapa saat itu Kencana menangkap segaris sudut bibir yang terangkat di wajah orang itu. membuat jantungnya melonjak kecil seperti mobil yang menggilas polisi tidur di komplek rumahnya.
                “kenapa lo senyum-senyum sendiri?” Alya bertanya lagi.
                “hah? Emang gue senyum-senyum sendiri?” Kencana balas bertanya bingung.
               “yaelah, orang sedeng juga tau kalo sekarang lo lagi senyum-senyum ga jelas. Ngeliat apa sih?” Alya celingat-celinguk mencari oknum yang bisa membuat temannya ini jadi linglung. Jangan-jangan otak si Kencana sengklek gara-gara ngegalauin mantannya. Tapi dari bulan lalu juga kayaknya udah fine-fine aja kok.
                Kencana gak menjawab rasa penasaran Alya. Malah sibuk sendiri dengan keheranannya, masa dia senyum-senyum sendiri? Terus yang tadi apa, kok bisa deg-degaan gitu sih?
                “Al, pegel nih. Gue kebelakang dulu ah mau beli minum.” Tiba-tiba Kencana jadi gak mood sendiri. Bingung. Kenapa sih kok gue aneh banget gara-gara orang itu.
                Kencana akhirnya pergi ke belakang, menembus kerumunan ABG yang lagi teriak-teriak karena artis di panggun menyanyikan lagu ‘Dia’ yang beberapa tahun lalu sempat ngehits dan selalu menembus top chart di radio-radio indonesia. Mungkin karena masa itu sedang banyak orang yang kasmaran, jadi lagu Dia itu sangat pas di dengarkan dalam setiap suasana hati. Kalau sekarang? Tanya deh, dari genre pop, rock, sampe dangdut pasti yang laku banget pasti bertema galau. Emang galau gak kenal waktu, tempat, apa dan siapa. Seekor kucing aja saat ini mungkin akan galau saat melihat kekasihnya pergi, walaupun galaunya kucing Cuma bentar, gak seperti manusia yang sering larut-larut sendiri kalau lagi sedih. Liat ujan, inget sedih. Liat pemandangan indah, inget galau. Mending kalau kayak Taylor Swift yang setiap putus cinta pasti untung berjuta-juta dolar dari hasil menjual kegalauannya, lah kalo lo sekedar manusia biasa yang gak seujung kukunya dari si Taylor, apanya yang mau dijual? Muka kucel karena kebanyakan mewek aja gak bakal laku kalo di pekerjakan jadi badut taman hiburan. Jadi buat apa galau?
                Loh, ngelantur. Balik lagi deh ke cerita Kencana.
          Sebotol air mineral, Kencana teguk dengan rakus, berlama-lama di depan memang membuatkan dehidrasi tanpa sadar. Keasikan nyanyi-nyanyi atau keasikan memperhatikan orang itu bikin lupa kalau dia juga manusia, butuh asupan cairan yang cukup supaya gak pingsan atau kejang-kejang.
            “permisi ya.” Kencana menggeser posisinya sedikit, melirik sedikit pada orang yang memintanya untuk bergeser, sedikit terganggu karena posisinya Kencana sedang asik meneguk airnya itu dengan rakus.
                Lalu, tanpa diduga siapapun, apalagi oleh abang penjual air mineral yang hanyalah sedang melakukan kegiatan usaha, Kencana menyemburkan air yang belum sempat dia telan di mulutnya. Membuat bagian depan kemeja merahnya basah, bahkan beberapa semburan menyiprat dengan indah ke kaos biru orang itu. meninggalkan beberapa titik noda basah. Meskipun hanya beberapa titik, tetap saja memalukan, karena langit di atas sana sedang cerah bertaburkan bintang. Tak ada sedikitpun tanda bahwa noda tersebut muncul akibat rintik hujan yang jatuh.
                “sialan pawang ujan! Kenapa pake nahan-nahan ujan segala sih.” Rutuk Kencana, mencari orang yang bisa di salahkan.
                Kencana melirik malu pada orang itu.
                Ternyata orang itu.
                Yap, tepat sekali. Orang itu yang sejak sebulan lalu mendadak nangkring di pikirannya padahal belum tau namanya. Yang barusan dia asik liati dengan seksama, mancari-cari apa hal yang menarik yang bisa di jadikan alasan untuk segala keanehan ini.
                Orang itu menyodorkan tisu. Yang Kencana terima dengan malu-malu pula.
                “Thanks. Maaf ya.” Ucap Kencana akhirnya.
                “Iya gak apa-apa.” jawabnya santai. Kencana menatap orang itu. orang itu menatap kencana. Lalu pada akhirnya mereka bertukar senyuman. bukan senyuman genit, bukan senyuman  flirting, bukan jugga senyuman sok akrab. Entah apa maknanya, yang jelas sebuah senyuman yang tiba-tiba saja terasa melegakan bagi Kencana.
                “Gue Sendy..”
                “Kencana...”
                Apakah kau rasakan, getaranku pada dirimu. Ku hanya duduk terdiam, menungggu untuk tau namamu.

Meutafora
29. 12. 2014

lagu terdiam yang selalu mengingatkan suatu momen aneh itu.

Comments

Popular posts from this blog

A Tale of A Foolish Cinderella

Us

Love like a Jellyfish