Roti Abon
Aku dan makanan adalah dua hal yang sangat berkaitan erat. Sepanjang ingatanku, hal-hal yang berkaitan dengan memori indah hampir semuanya berkaitan dengan makanan. Entah itu makan masakan mama yang dulu setiap hari selalu dihidangkan di meja makan, disuapi papa subuh-subuh sambil siap-siap sekolah, atau jajan makanan yang bervariasi di kantin sekolah. Teman sekolahku dulu, pasti tau banget seberapa banyak jajanan aku setiap istirahat. Seringkali, aku beli dua porsi makanan yang aku suka. Satu untuk dimakan sendiri satu lagi persiapan kalau ada yang minta, kalo gak ada yang mau, aku habisin juga sendiri. Hehe.
Dari kecil, aku gak pernah pilih-pilih makanan. Kecuali sayur, yang baru beberapa tahun belakangan ini aku suka. Dari makanan rumahan, tenda pinggiran yang dimasak pake minyak bumi mentah, cafe, resto, atau tempat makan manapun, kalau ada yang ngajak aku makan jawabannya cuma satu: “GASKEUN”.
Buatku, makanan lebih dari sekedar rasa di lidah. Tapi juga rasa yang ditimbulkan ke perasaan. Lewat percakapan-percakapan yang dibagi di meja yang sama, senyum yang tersunging ketika mengecicipi masakan, tawa yang terdengar ketika menyadari rasa yang tidak sesuai dengan harapan, juga kehangatan yang terasa ketika saling berbagi makanan bersama orang-orang terkasih.
Seseorang pernah bilang, “Aku suka ya momen di meja makan tadi, rasanya hangat.” Padahal yang baru saja kami makan saat itu hanyalah kupat tahu dingin pinggir jalan. Tapi rasanya berbeda kalau dimakan bersama.
Tapii.. plot twistnya, se suka-sukanya aku makan, aku gak suka masak, apalagi kalau harus cuci piring. Masak itu butuh effort, mulai dari mikirin apa yang akan dibuat. Bahan makanan apa yang perlu disediakan, takaran bumbunya, rasa yang diciptakannya. Bagiku, memasak untuk diri sendiri bisa semudah beli sayuran lalu dikasih kewpie wijen sangrai dan aku udah puas banget dengan rasanya. Tapi kalau masak untuk orang lain, satu dapur bisa acak-acakan untuk menyediakan masakan itu.
Tukang masak kesayanganku pernah bilang, membuat makanan enak itu perlu ditambah racikan cinta dan kasih sayang. Resep yang sama dengan mood yang berbeda bisa menghasilkan rasa yang berbeda. Resep yang sama dibuat untuk orang yang berbeda, menghasilkan kehangatan yang berbeda.
Kalau ditanya masakan favorit aku apa? Jujur, aku gak punya karena pada dasarnya aku suka makan, dan bagiku rasa makanan itu antara enak aja atau enak banget.
Tapi kalau ada makanan yang aku inget belakangan ini, aku bisa bilang roti abon yang dikirim tak lama setelah lebaran. Kenapa? Karena aku rasa roti abon itu masih terkenang di lidahku. Roti abon yang membuat aku akhirnya memberanikan diri untuk mengirimkan pesan pada sang pembuatnya, dan memaksanya untuk menjadi tukang masak permanenku. Karena sejak diberi roti abon itu, aku memutuskan bahwa tidak ada lagi orang tepat sepertinya yang bisa menyampaikan rasa cinta dan kasih sayang lewat adonan-adonan rasa yang disulap menjadi brownies panggang, risol mayo, bihun goreng, pie buah, dan masih banyak lagi.
Seperti kata orang, makanan enak itu bukan dicerna ke perut, melainkan terasa sampai ke hati.
-CSWC 11.07.2025-
Comments
Post a Comment